“Saya ingin hidup saya ini bisa bermanfaat bagi banyak orang” Adi Mahfudz WH., MBA Presiden Direktur PT EGP. Mengawali karier usahanya di bidang usaha jasa keamanan dan pengamanan, banyak kalangan yang meragukan kemampuan Adi Mahfudz WH, MBA dalam memimpin perusahaan Esa Garda Pratama (EGP). Bahkan, pihak keluarga pun, keberatan dengan niatnya yang ingin menekuni dunia jasa keamanan dan pengamanan. Meski, berasal dari keluarga militer, namun agaknya ada kekhawatiran atas keputusannya itu. alasannya, dunia keamanan identik dengan kekerasan. Ia pun berusaha keras meyakinkan pihak keluarga bahwa apa yang dipilihnya adalah jalan hidupnya yang harus ditempuh.
Lebih dari lima tahun Adi menggeluti bisnis Jasa Keamanan dan Pengamanan. Saat ini, perusahaan yang dirintisnya berkembang dengan pesat. Bahkan, dalam kurun waktu singkat ia berhasil menambah dua perusahaan lainnya dan telah mengantongi ISO 9001:2000, yakni standarisasi sistem manajemen mutu berskala internasional.
“Saya ingin hidup saya ini bisa bermanfaat bagi banyak orang” tuturnya. Bagi Adi, melebarkan bisnis pengamanan bukanlah untuk “unjuk gigi” kepada orang lain kalau dirinya mampu, tapi lebih melihat sisi kemanusiaan. Ia prihatin dengan semakin banyaknya angka pengangguran di Indonesia, khususnya Jakarta. Untuk itu, Adi berusaha merekrut sebanyak-banyaknya tenaga-tenaga produktif yang belum bekerja untuk bergabung bersamanya menjadi tenaga security. Meski demikian, Adi tetap mengedepankan profesionalisme.
Menurut bapak dua anak ini, seorang security harus memiliki beberapa kualifikasi. diantaranya memiliki kemampuan komunikasi, kaya informasi dan terutama memiliki motivasi. “Secara professional saya harus client oriented, memiliki managerial skill untuk dapat mengatur, memiliki watak entrepreneur dan tentu saja mengedepankan inisiatif.” jelas Adi. Ia menambahkan, seorang security juga harus memiliki penampilan yang good looking atau paling tidak berwibawa dan mampu mendatangkan rasa aman dan nyaman bagi klien.
Untuk itu, menurut pengakuan Adi, tenaga security yang dibinanya ini memiliki kualifikasi dan kemampuan lima kali lebih baik dibandingkan tenaga security lainnya. Baik dari segi fisik, seperti kemampuan bela diri dan penguasaan senjata, ataupun kemampuan intelegensia yang berkaitan dengan kepandaian membaca situasi dan cara mengatasinya. “Kita lebih mengutamakan membentuk seorang tenaga security yang memiliki performance yang baik. Untuk itulah kita selalu melakukan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan bagi seorang tenaga security”, tambah pria yang aktif di HIPMI, AMA, PII, JPMI, dan BUJPP MABES POLRI sebagai pengurus.
Selain pengusaha, EGP juga kerap melayani klien selebriti, seperti pemusik maupun artis. Biasanya EGP tidak berhubungan langsung dengan si artis, namun dengan pihak produser yang sedang menangani event bagi si artis tersebut. Ini lain dengan “Metode Guard” lepas yang seringkali melindungi artis secara pribadi dan dalam kesempatan pribadi pula. Lalu bagi beberapa klien yang amat sibuk dengan pekerjaan mereka, EGP juga memberi pelayanan keamanan bagi anggota keluarga mereka.
Namun tentu saja EGP tidak sembarangan dalam menerima klien. “Kami harus tahu dulu siapa yang akan menjadi klien. Bagi calon klien yang memiliki masalah hukum tidak akan kami terima. Dan bagi mereka yang memiliki anggota keluarga seperti itu, yang akan menyulitkan pekerjaan keamanan, juga tidak kami layani.” jelas Adi.
Oleh karena itu, demi menghindari kesalahpahaman yang bisa saja muncul, kesepakatan dalam MOU mutlak dilakukan. EGP harus mengenal secara detail tentang klien. Dan klien pun harus mengetahui batas-batas jasa pengamanan yang akan ia dapatkan, termasuk batas-batas pembayaran yang harus disiapkan. “Biasanya kami melakukan kontrak antara 1-3 tahun,” tambahnya. Kontrak kerja disesuaikan dengan kebutuhan yang mendesak. “Sampai saat ini EGP telah melayani 119 perusahaan dan ratusan individu lainnya”, ujar penyuka musik jazz ini.
Saat ditanya peluang usaha jasa pengamanan di Indonesia, Adi mengatakan bahwa usaha jasa pengamanan dan keamanan masih menjanjikan dan memberi peluang luas. Mengingat banyaknya perusahaan-perusahaan asing yang ada di tanah air dan terbatasnya petugas keamanan. “Apalagi setelah maraknya teror bom di Jakarta beberapa waktu yang lalu,” katanya mengakhiri pembicaraan dengan MSI.
( Majalah Security Indonesia )